Wisata Kuliner Tradisional Aceh di Pasar Peunayong Banda Aceh

Kalau kamu lagi di Aceh, jangan cuma mampir ke pantai atau museum tsunami. Karena sebenarnya, salah satu pengalaman paling otentik justru datang dari lidah. Dan tempat yang paling pas buat eksplorasi rasa adalah wisata kuliner tradisional Aceh di Pasar Peunayong Banda Aceh. Di sini, kamu bakal nemuin jejak rasa, budaya, dan sejarah yang diolah jadi berbagai sajian khas yang legendaris. Dari mi Aceh pedas nendang sampai kopi saring yang bikin candu, semua ada di satu titik strategis pusat kota.

Pasar Peunayong bukan pasar sembarangan. Ini adalah melting pot-nya kuliner Aceh. Lokasinya ada di dekat sungai, dikelilingi deretan toko dan warung makanan. Sejak pagi sampai malam, tempat ini hidup. Dan yang bikin menarik, kulinernya enggak cuma lezat, tapi punya makna dan cerita.


Mi Aceh Peunayong: Pedas, Kental, dan Kaya Rempah

Menu pertama yang wajib banget dicoba di wisata kuliner tradisional Aceh di Pasar Peunayong Banda Aceh tentu aja mi Aceh. Tapi jangan bayangkan mi Aceh ala kafe di kota besar—versi asli di Peunayong ini beda jauh levelnya. Mi kuning tebal ditumis dengan daging sapi, kambing, atau seafood, plus racikan rempah gila-gilaan. Rasanya? Berani, tajam, dan bikin kamu berkeringat bahagia.

Kamu bisa pilih versi kuah, goreng basah, atau goreng kering. Semuanya disajikan dengan acar bawang, emping, dan irisan jeruk nipis buat keseimbangan rasa. Pedasnya bisa disesuaikan, tapi di sini, makin pedas justru makin mantap.

Kenapa mi Aceh di Peunayong wajib dicoba:

  • Dibuat langsung oleh orang Aceh dengan resep turun-temurun
  • Rempah yang dipakai lengkap, dari kapulaga sampai bunga lawang
  • Dagingnya empuk dan potongannya besar
  • Bisa pilih topping: udang, cumi, daging, atau campur
  • Harga mulai dari Rp18.000–Rp30.000, tergantung isian

Satu hal lagi yang bikin spesial: kamu bisa lihat langsung proses masaknya. Api besar, wok besar, dan aksi sang juru masak yang udah expert jadi tontonan seru sebelum makanan disajikan.


Kuah Beulangong: Cita Rasa Pesta Rakyat yang Melekat

Menu berikutnya yang sering luput dari spotlight nasional tapi justru primadona di Aceh adalah kuah beulangong. Di tengah hiruk-pikuk wisata kuliner tradisional Aceh di Pasar Peunayong Banda Aceh, kuah beulangong hadir sebagai makanan berat nan spesial. Ini adalah gulai daging bercampur nangka muda yang dimasak dalam kuali besar, biasanya untuk acara adat atau kenduri. Tapi di Peunayong, kamu bisa nikmatin menu ini kapan aja.

Kuahnya kental, pekat, dan penuh dengan rempah seperti kunyit, lengkuas, kemiri, serta cabai merah kering. Daging yang digunakan biasanya daging sapi lokal yang dimasak hingga super empuk. Kalau kamu belum pernah makan nangka dan daging dalam satu mangkuk gulai, ini saat yang tepat untuk eksplor.

Alasan kenapa kuah beulangong jadi favorit lokal:

  • Cita rasa kompleks: gurih, pedas, dan legit bersatu
  • Dimasak perlahan selama berjam-jam
  • Cocok disantap dengan nasi putih hangat dan sambal ganja
  • Porsinya besar dan mengenyangkan
  • Harga sekitar Rp25.000–Rp35.000 per porsi

Warung-warung kuah beulangong biasanya buka siang sampai sore. Jangan datang terlalu malam, karena menu ini sering cepat habis saking favoritnya. Kalau kamu datang pas pagi hari besar, biasanya ada versi kenduri yang porsinya jumbo dan disajikan untuk rame-rame.


Kopi Saring Peunayong: Hitam, Kental, dan Penuh Obrolan

Setelah dua menu berat, saatnya duduk santai sambil menyeruput kopi khas Aceh yang udah terkenal seantero negeri. Di wisata kuliner tradisional Aceh di Pasar Peunayong Banda Aceh, kamu bisa temuin banyak kedai kopi yang menyajikan kopi saring—diseduh langsung dengan kain saring dan disajikan dalam gelas kaca kecil dengan aroma yang menggelitik.

Yang bikin kopi Aceh beda adalah bijinya. Sebagian besar menggunakan biji Gayo yang diolah secara tradisional. Rasanya bold, sedikit asam, dan ada sentuhan earthy yang khas. Kamu bisa pilih kopi hitam biasa, kopi susu, atau kopi sanger (kopi susu manis dengan teknik shake khas Aceh).

Hal yang bikin ngopi di Peunayong berkesan:

  • Disajikan di warung-warung klasik yang penuh sejarah
  • Diseduh manual, bukan mesin modern
  • Bisa pesan kopi dengan campuran spesial seperti jahe atau pandan
  • Temani dengan pisang goreng atau kue timphan
  • Harga mulai Rp5.000–Rp10.000 per gelas

Tapi kopi di sini bukan cuma soal rasa. Ini soal komunitas. Di warung kopi Peunayong, kamu bisa dengerin obrolan tentang politik, sepak bola, sampai filosofi hidup—semuanya ngalir hangat bareng aroma kopi.


Jajanan Tradisional: Kue Timphan, Boh Pulu, dan Aneka Ketan

Selain makanan berat, wisata kuliner tradisional Aceh di Pasar Peunayong Banda Aceh juga jadi spot jajanan klasik. Banyak ibu-ibu yang jualan kue tradisional di tampah-tampah besar, dan semua tampak menggiurkan. Favoritnya tentu saja kue timphan, sejenis kue lapis yang dibungkus daun pisang dengan isian srikaya atau pisang. Teksturnya lembut, rasanya manis pas, dan cocok buat teman ngopi.

Ada juga boh pulu—kue dari tepung ketan yang dibulatkan, disajikan dengan kelapa parut. Kalau kamu suka kue legit, cobain keukarah, kue kering khas Aceh yang bentuknya mirip jaring-jaring dan rasanya renyah manis.

Kenapa jajanan di Peunayong selalu menarik:

  • Dibuat harian, tanpa bahan pengawet
  • Variasi rasa dan bentuknya unik
  • Disajikan dengan harga super murah: Rp1.000–Rp5.000 per biji
  • Cocok buat oleh-oleh atau dinikmati di tempat
  • Banyak pilihan, dari manis sampai gurih

Datang pagi adalah waktu terbaik buat berburu jajanan ini. Biasanya mereka buka sekitar jam 6 sampai 10 pagi. Setelah itu, tinggal sisa-sisa yang seringkali udah habis diburu warga lokal.


Pasar Peunayong: Suasana yang Hidup dan Penuh Warna

Lebih dari sekadar tempat makan, wisata kuliner tradisional Aceh di Pasar Peunayong Banda Aceh juga menawarkan atmosfer yang khas. Di satu sisi kamu akan mendengar suara tukang becak, di sisi lain aroma gulai naik dari wajan. Para penjual ramah, pembeli antusias, dan semuanya terasa penuh energi.

Peunayong bukan hanya tempat jual beli—ini ruang sosial. Di sinilah kamu bisa lihat potret Aceh yang sesungguhnya: ramah, religius, berbudaya, dan tentu saja doyan makan enak.

Fakta seru seputar Pasar Peunayong:

  • Sudah ada sejak zaman kolonial Belanda
  • Pusat percampuran budaya Aceh-Tionghoa-Arab
  • Tempat nongkrong favorit sejak dulu kala
  • Lokasi strategis dekat Mesjid Raya Baiturrahman
  • Sering jadi lokasi shooting dokumenter kuliner Aceh

Jalan-jalan ke Peunayong akan mengubah cara kamu melihat Aceh. Bukan lagi cuma soal konflik masa lalu, tapi juga tentang kekayaan rasa dan keramahan yang nyata.


Tips Maksimalkan Wisata Kuliner di Peunayong

Biar pengalaman wisata kuliner tradisional Aceh di Pasar Peunayong Banda Aceh makin maksimal, simak beberapa tips berikut:

Tips lokal anti-zonk:

  • Datang pagi hari atau sore menjelang magrib
  • Siapkan uang tunai pecahan kecil
  • Coba tanya langsung ke pedagang soal asal makanan atau sejarahnya
  • Jangan ragu beli makanan dari gerobak, kadang yang paling enak justru di situ
  • Bawa wadah sendiri kalau ingin bawa pulang makanan berat

Dan pastikan kamu bawa kamera atau ponsel dengan baterai penuh. Karena selain makanannya yang menggoda, suasananya juga instagramable banget, apalagi saat cahaya sore mulai turun perlahan.


Penutup: Rasa, Budaya, dan Cerita di Setiap Suapan

Wisata kuliner tradisional Aceh di Pasar Peunayong Banda Aceh adalah perjalanan menyusuri rasa yang dalam dan kaya makna. Dari mi Aceh yang pedas menggoda, kuah beulangong yang sarat tradisi, sampai kopi saring yang mengalirkan obrolan, semuanya jadi bagian dari identitas Aceh yang tak lekang oleh waktu.

Di tengah perubahan zaman dan modernisasi, Peunayong tetap mempertahankan jati diri lewat kuliner. Di sana, kamu gak cuma makan, tapi juga menyerap sejarah, budaya, dan energi hidup masyarakatnya. Jadi, kapan kamu siap menyelami cita rasa Aceh yang sesungguhnya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *